Kamu dan Aku

hei kamu
kamu yang waktu itu baik sama aku
iya, kamu
kamu yang dulu biasa aja sama aku
kamu, orangnya
yang dulu bilang kalo urusan macem gituan nggak penting banget untuk dibahas

kamu
iya, kamu
yang dulu pertama kita ketemu karna sebuah gantungan kunci koala
iya, kamu orangnya
yang jutek sama orang yang baik sama kamu

ya, itu aku
orang yang kamu jutekin pas pertama kali ngomong sama kamu di situ
aku juga
yang nyapa kamu karna orang lain pikir kamu sombong

kamu lagi,
yang ternyata baik dan perhatian sama orang lain
kamu juga,
yang peduli sama orang lain disaat yang lain nggak
ya itu kamu,
yang kehadirannya cukup mewarnai hari hari sulit di situ, saat itu

aku,
yang seneng waktu kamu pilih sekelompok sama kamu
aku juga,
yang kamu kenalin sama pertemanan kamu dengan teman yang lain
aku juga,
yang akhirnya sadar, kalo orang lain itu asik juga buat dijadiin temen

kamu, kamu, dan kamu,
yang selalu ketawa pas pelajaran kewarganegaraan
yang selalu seneng tiap pelajaran agama
selalu diem pas pelajaran kimia
yang jadi pengajar kedua saat pelajaran matematika
yang selalu disebut kalo pelajaran fisika
dan yang selalu heboh pas pelajaran bahasa jepang

mmmm, ya sih, itu kita,
yang pernah foto di bawah lambang kebanggan di dalem balairung pancasila
yang selalu cerita pas pelajaran nggambar
yang main jempol pas nggak ada pelajaran
yang selalu ngeributin asal daerah masing masing
yang bikin ribut pelajaran kewarganegaraan
yang semuanya jadi memori di sini
saat itu, di situ

inget nggak kamu,
di depan situ, sama yang lain
tepat setahun lebih sebulan sebelum ini
dengan meja dan kursi yang bertumpukan
cat hijau yang masih basah
dan hujan yang turun gitu aja
itu sedikit memori tentang kamu

mungkin kamu nggak inget,
nunggu lama itu nggak enak banget
apalagi sendirian sama hujan
tivi yang nyala aja nggak cukup mempan buat mempercepat jalannya waktu
saat itu, kita --kamu dan aku-- masih sama
sama saat pas sebelum begini

mungkin kamu nggak tau,
berapa banyak kamu tiba tiba ada dalam perjalanan waktu aku
di museum, dalam monas, bahkan di masjid besar di jakarta saat itu
ya, monas
pertama kalinya kamu dan aku

setelah saat itu,
sebelum sekarang,
kamu beda
mungkin aku yang berubah
mungkin aku yang salah
mungkin juga aku yang terlalu menganggap ini sebuah masalah

tapi itu kamu,
kamu yang saat itu sebelum sekarang beda
diam adalah emas,
cocok banget buat waktu itu
aku diem
kamu diem
kita diem
untung orang lain nggak ikutan diem

sampe sekarang,
diem lebih bagus daripada harus ribut sama kamu,
sama apanya kamu
itu, apanya kamu lah
yang sebenernya bikin pertanyaan buat aku
kenapa dan kenapa

aku, kamu, dan apanya kamu
kita --aku, kamu, dan apanya kamu--
pas itu nggak bisa
mungkin sekarang aku mencoba untuk biasa
tapi kamu dan apanya kamu
terlalu baik sama aku
itu nggak bisa dan nggak biasa

kamu,
kalo kamu baca dan merasa ini kamu,
aku nggak mau kamu jadi gimana gimana sama aku,
ini saat itu, bukan sekarang
dan kamu,
aku tau kamu baik,
dan mungkin kamu pikir aku aneh
terserah dengan pikiran kamu

itu dulu, saat itu di situ